dan jawaban saya selalu sama: “Masih
pengangguran, hehehe.”
Ada suatu momen ketika keluarga besar berkumpul
mulai dari nenek, om, tante hingga keponakan dan saya bisa menjamin Insya Allah pertanyaan
seperti itu muncul, bahkan lebih detil. Ketika ada kesempatan
diskusi, ada salah satu om yang menanyakan dengan nada yang menurut saya agak
sinis, karena saya sering melihat tatapan mata seperti itu ketika ada orang tahu
bahwa saya adalah jama’ah.
“Oh Taiwan, sedikit ya orang Islamnya? Di sana kebanyakan Kristen ya?”
Sebelum sempat
menjawab dia sudah menimpali lagi: “Bagaimana kehidupan di sana?”
“Pasti ga enak,
sedikit orang Islam di sana. Makannya bagaimana? Sholatnya bagaimana? Masih bisa mengaji?” dan sebagainya. Pertanyaan wajib, namun saya hanya menjelaskan kondisi
detail saya di sini kepada orang tua saya. Saya hanya
bergumam:
“Hm ...". Ayah saya lalu menimpali sambil bergurau:
“Aman.
Kebanyakan orang atheis (tidak beragama), tapi anehnya mereka bisa tertib. Lain ya dibandingkan Indonesia padahal orangnya beragama, hahaha.”
Om saya langsung terdiam. Seperti itulah, sadar
atau tidak, itulah kondisi Indonesia saat ini. Ada lagi, di
negeri sendiri saling menipu untuk mendapatkan untung lebih besar adalah hal yang
biasa. Mereka bilang ayam yang dijual halal, ternyata ayam tiren (mati kemarin)
masih dijual kembali. Mereka bilang banyak yang menawar, ternyata belum ada yang
mampir ke tokonya. Mereka bilang bakso daging, padahal daging tikus. Kalau
tidak percaya, reportase tr*ns tv
setia menayangkan fenomena-fenomena tersebut pada hari minggu pukul 17.00 WIB.
Di Taiwan, saya bahkan sempat dilarang oleh pemilik warung supaya tidak
membeli di warung miliknya, karena ada babi dan dia tahu saya muslim dan tidak memakan babi. Ketika pergi ke Taichung teman saya bahkan rela mematikan suara tv
ketika saya sedang sholat, padahal saya tidak memintanya. Bisa jadi mereka bahkan tidak mengetahui apa yang sedang saya kerjakan. Yah itulah, mereka atheis, tapi
kadang lebih paham dari orang yang beragama. Saya pernah ditolak saat meminjam
wajan dari teman sekamar, karena dia juga menggoreng babi dengan wajan itu.
“Kita tidak akan tahu bentuk rumah kita kalau
kita tidak keluar rumah.” Itu pernyataan pertama yang saya dengarkan ketika pertama kali tiba di Taiwan. Bagaimanapun kita dapat melihat kondisi negara
kita dengan jelas setelah berada di luar negeri. Seperti melihat bentuk rumah
kita dari halaman.
No comments:
Post a Comment